Gunung, Ciptaan Maha Besar Allah SWT

“And We placed within the earth firmly set mountains, lest it should shift with them, and We made therein [mountain] passes [as] roads that they might be guided.” (QS Al-Anbiya’ : 31)
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (QS Al-Anbiya’ : 31)
Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung. Dan sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.
Dalam sains modern, gunung merupakan bagian dari kerak bumi yang sangat tebal yang dihasilkan dari berbagai macam proses. Dalam kajian ilmiah ada dua hipotesis utama yang menjelaskan tentang formasi dan pembentukan gunung. Pertama, tektonik secara vertikal, hipotesis ini menyatakan gerakan vertikal lebih banyak terjadi pada kerak bumi. Kedua, tektonik secara horisontal, hipotesis ini menjelaskan bahwa sebagian besar gerakan tanah yang menyebabkan pembentukan gunung bersifat horisontal dan secara langsung berhubungan dengan lempengan tektonik dan apungan benua (drifting continent).
Kemudian gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.
Kemudian gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.
Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:
Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)
Gunung sebagai Pasak Bumi
“Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?” (QS An-Naba’ : 6-7)
Sebuah buku berjudul Earth adalah buku pegangan rujukan di banyak universitas di seluruh dunia. Salah seorang pengarangnya adalah Profesor Emeritus Frank Press. Ia adalah Penasehat Ilmu Pengetahuan dari mantan Presiden Amerika Jimmy Carter dan selama 12 tahun menjadi presiden dari National Academy of Sciences, Washington, DC. Buku tersebut menyatakan bahwa gunung-gunung mempunyai akar di bawah mereka. Akar ini menghunjam dalam, sehingga seolah gunung-gunung mempunyai bentuk bagaikan pasak.
Ilmu bumi moderen telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar di dalam tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berlipat dari ketinggian mereka di atas permukaan tanah. Jadi, kata yang paling tepat untuk menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata “pasak” karena bagian terbesar dari sebuah pasak tersembunyi di dalam tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang gunung-gunung yang memiliki akar yang dalam, baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19.
Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah “isostasi”. Isostasi bermakna sebagai berikut:
Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster’s New Twentieth Century Dictionary, 2. edition “Isostasy”, New York, s. 975)

Plate Tectonics
Dalam kajian ilmiah gunung hanyalah sebuah landform yang sangat tinggi yang terbentuk dari lempengan-lempengan tektonik, namun quran dalam menjelaskan tentang gunung memiliki pandangan yang berbeda, quran mengungkapkan bahwa gunung sebagai stabilisator bumi yang menjaga agar bumi tidak bergerak dan bergeser, sehingga quran menyatakan bahwa gunung sebagai pasak bumi yang menjulang dari atas hingga kebawah (kerak bumi).
Pergerakan Gunung – Continental Drift
QS. An-Naml, ayat 88 :
“Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Dalam ayat tersebut, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.

Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.

Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut: Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)

Earth Structure
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah “continental drift” atau “gerakan mengapung dari benua” untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Mount Everest
“Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka dan telah Kami jadikan (pula) di bumi itu jalan-jalan yang luas, agar mereka mendapat petunjuk.” (QS Al-Anbiya’ : 31)
Maha Benar Engkau Ya Allah…

Sumber : http://onerauf.wordpress.com/2010/10/08/fungsi-pergerakan-gunung-dalam-al-quran/
READ MORE - Gunung, Ciptaan Maha Besar Allah SWT

Fungsi Gunung Sebagai Pasak



Al Qur’an mengarahkan perhatian kita pada fungsi geologis penting dari gunung.
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)
Sebagaimana terlihat, dinyatakan dalam ayat tersebut bahwa gunung-gunung berfungsi mencegah goncangan di permukaan bumi.
Kenyataan ini tidaklah diketahui oleh siapapun di masa ketika Al Qur’an diturunkan. Nyatanya, hal ini baru saja terungkap sebagai hasil penemuan geologi modern.
Menurut penemuan ini, gunung-gunung muncul sebagai hasil pergerakan dan tumbukan dari lempengan-lempengan raksasa yang membentuk kerak bumi. Ketika dua lempengan bertumbukan, lempengan yang lebih kuat menyelip di bawah lempengan yang satunya, sementara yang di atas melipat dan membentuk dataran tinggi dan gunung. Lapisan bawah bergerak di bawah permukaan dan membentuk perpanjangan yang dalam ke bawah. Ini berarti gunung mempunyai bagian yang menghujam jauh ke bawah yang tak kalah besarnya dengan yang tampak di permukaan bumi.

Dalam tulisan ilmiah, struktur gunung digambarkan sebagai berikut:
Pada bagian benua yang lebih tebal, seperti pada jajaran pegunungan, kerak bumi akan terbenam lebih dalam ke dalam lapisan magma. (General Science, Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 305)
Dalam sebuah ayat, peran gunung seperti ini diungkapkan melalui sebuah perumpamaan sebagai "pasak":
"Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak?" (Al Qur'an, 78:6-7)
Dengan kata lain, gunung-gunung menggenggam lempengan-lempengan kerak bumi dengan memanjang ke atas dan ke bawah permukaan bumi pada titik-titik pertemuan lempengan-lempengan ini. Dengan cara ini, mereka memancangkan kerak bumi dan mencegahnya dari terombang-ambing di atas lapisan magma atau di antara lempengan-lempengannya. Singkatnya, kita dapat menyamakan gunung dengan paku yang menjadikan lembaran-lembaran kayu tetap menyatu.
Fungsi pemancangan dari gunung dijelaskan dalam tulisan ilmiah dengan istilah "isostasi". Isostasi bermakna sebagai berikut:
Isostasi: kesetimbangan dalam kerak bumi yang terjaga oleh aliran materi bebatuan di bawah permukaan akibat tekanan gravitasi. (Webster's New Twentieth Century Dictionary, 2. edition "Isostasy", New York, s. 975)
Peran penting gunung yang ditemukan oleh ilmu geologi modern dan penelitian gempa, telah dinyatakan dalam Al Qur’an berabad-abad lampau sebagai suatu bukti Hikmah Maha Agung dalam ciptaan Allah.
"Dan telah Kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh supaya bumi itu (tidak) goncang bersama mereka..." (Al Qur'an, 21:31)
READ MORE - Fungsi Gunung Sebagai Pasak

Tumbuhan tumbuhan di dalam Al-Qur'an

Berikut nama nama tumbuhan yang terdapat di dalam Al-Qur'an :

1. Nama umum: Anggur
Nama dalam Al-Qur'an: "A'nab" atau أَعْنَابٍ
Nama saintifik: Vitis vinifera
Famili: Vitaceae
Taburan asal: Wilayah Mediterranean, Eropah tengah dan Asia Barat Daya
Surah dan ayat: (17: 91), (80: 28), (2: 266), (16: 11 & 67), (18: 32), (23: 19), (36: 34), (78: 32), (6: 99), (13: 4)


2. Nama umum: Bawang
Nama dalam Al-Qur'an: 'Basal' atau بَصَلِ
Nama saintifik: Allium cepa
Famili: Alliaceae
Taburan asal: Tidak diketahui
Surah dan ayat: (2: 61)



3. Nama umum: Bawang putih
Nama dalam Al-Qur'an: 'Fum' atau فُومِ
Nama saintifik: Allium sativum
Famili: Alliaceae
Taburan asal: Tidak diketahui
Surah dan ayat: (2: 61)



4. Nama umum: Biji sawi atau 'black mustard'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Khardal' atau خَرْدَلٍ
Nama saintifik: Brassica nigra
Famili: Brassicaceae
Taburan asal: Selatan wilayah Mediterranean di Eropah
Surah dan ayat: (21: 47), (31: 16)



5. Nama umum: Buah tin atau 'fig'
Nama dalam Al-Qur'an: 'At-Tiin' atau التِّينِ
Nama saintifik: Ficus carica
Famili: Moraceae
Taburan asal: Asia Barat Daya dan selatan wilayah Mediterranean
Surah dan ayat: (95: 1)


6. Nama umum: Delima atau 'pomegranate'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Ar-Rumman' atau الرُّمَّانَ
Nama saintifik: Punica granatum
Famili: Lythraceae
Taburan asal: Timur Tengah
Surah dan ayat: (6: 99 & 141), (55: 68)


7. Nama umum: Halia
Nama dalam Al-Qur'an: 'Zanjabil' atau زَنجَبِيلً
Nama saintifik: Zingiber officinale
Famili: Zingiberaceae
Taburan asal: Asia
Surah dan ayat: (76: 17)


8. Nama umum: Kacang dal atau 'lentil'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Adas' atau عَدَسِ
Nama saintifik: Lens culinaris
Famili: Fabaceae
Taburan asal: Timur Dekat
Surah dan ayat: (2: 61)


9. Nama umum: Kapur, 'camphor tree' atau 'Malay camphor'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Kafur' atau كَافُورً
Nama saintifik: Dryobalanops aromatica
Famili: Dipterocarpaceae
Taburan asal: Semenanjung Malaysia, Borneo, Sumatra
Surah dan ayat: (76: 5)

Nota: Dua spesies tumbuhan yang berlainan famili telah menjadi sumber kapur atau 'camphor' pada masa silam. Salah satu daripadanya adalah pokok dariMalaysia iaitu Dryobalanops aromatica daripada famili Dipterocarpaceae dan yang satu lagi ialah pokok dari China dan Jepun iaitu Cinnamomum camphora daripada famili Lauraceae. 'Camphor' diperolehi daripada pokok Dryobalanops aromaticamelalui kulit kayu, manakala 'camphor' bagi pokok Cinnamomum camphordiperolehi melalui kayu (setelah damar pada kayu dibekukan) (Safaraz et al. 2009d).


10. Nama umum: 'Camphor tree' atau 'camphor laurel'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Kafur' atau كَافُورً
Nama saintifik: Cinnamomum camphora
Famili: Lauraceae
Taburan asal: Taiwan, selatan Jepun, tenggara China, Indochina
Surah dan ayat: (76: 5)


11. Nama umum: Labu air, 'bottle gourd' atau 'calabash'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Yaqtin' atau يَقْطِينٍ
Nama saintifik: Lagenaria siceraria
Famili: Cucurbitaceae
Taburan asal: 'Old World' tropika
Surah dan ayat: (37: 146)


12. Nama umum: Miswak, siwak, kayu sugi atau 'toothbrush tree'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Khamt' atau خَمْطٍ
Nama saintifik: Salvadora persica
Famili: Salvadoraceae
Taburan asal: Semenanjung Arab, Mesir, India
Surah dan ayat: (34: 16)


13. Nama umum: Pokok Bidara atau 'Indian plum'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Sidr' atau سِدْرٍ
Nama saintifik: Ziziphus mauritiana
Famili: Rhamnaceae
Taburan asal: India
Surah dan ayat: (34: 16), (56: 28)

Nota: Terdapat percanggahan pendapat terhadap pokok 'Sidr' yang dinyatakan dalam Al-Qur'an. Ada pengkaji Al-Qur'an dan Hadith berpendapat pokok tersebut ialah Ziziphus mauritiana. Terdapat juga pengkaji Al-Qur'an dan Hadith yang berpendapat perkataan 'Sidr' tidak bermaksud pokok daripada genus Ziziphus(famili Rhamnaceae) tetapi di maksudkan dengan pokok daripada genus Cedrus(famili Pinaceae). Oleh kerana wujud percanggahan tersebut, kajian mendalam perlu dilakukan terhadap hal ini (Safaraz et al. 2009b).


14. Nama umum: Pisang
Nama dalam Al-Qur'an: 'Talh' atau طَلْحٍ
Nama saintifik: Musa paradisiaca
Famili: Musaceae
Taburan asal: Asia Tenggara dan Oceania
Surah dan ayat: (56: 29)

Nota: Banyak sumber mengenalpasti perkataan 'Talh' di dalam Surah Al-Waqi'ah ayat 29 memberi maksud sama ada sebagai pisang atau pokok daripada genusAcacia (Acacia seyal). 'Talh' telah dikenalpasti sebagai pisang di dalam beberapa tafsiran klasik dan moden bagi Al-Qur'an dan juga di dalam beberapa kamus Arab klasik. Walaupun pisang bukan tumbuhan yang berasal dari semenanjung Arab, kemungkinan besar orang Arab telah biasa dengan pisang ketika ditanam buat pertama kali di wilayah Mediterranean lebih kurang pada 650 M, iaitu pada saat kebangkitan Islam. Daripada segi etimologi, perkataan 'banana' (pisang) berasal daripada perkataan Arab bagi jari iaitu 'Banan'. Pisang mempunyai rasa manis berbanding Acacia, juga menepati konteks Syurga dengan baik. Perkataan 'Talh' juga merupakan nama umum Arab Yaman bagi pokok Acacia seyal yang tumbuh di Sudan, Libya, Jordan dan semenanjung Arab. Pokok ini juga dikaitkan dengan pokok semasa peristiwa Baiatul Ridhwan (Surah Al-Fath: 18) (Al-Zein & Musselman 2004).


15. Nama umum: Selasih atau 'sweet basil'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Ar-Raihan' atau الرَّيْحَانُ
Nama saintifik: Ocimum basilicum
Famili: Lamiaceae
Taburan asal: Iran, India dan Asia tropika
Surah dan ayat: (55: 12)


16. Nama umum: Tamar, kurma atau 'date palm'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Al-Nakhl' atau نَخْلٍ
Nama saintifik: Phoenix dactylifera
Famili: Arecaceae
Taburan asal: Utara Afrika dan Asia Barat
Surah dan ayat: (2: 266), (16: 11 & 67), (17: 91), (23: 19), (36: 34), (6: 99 & 141), (13: 4), (19: 23 & 25), (55: 11 & 68), (80: 29), (18: 32), (20: 71), (26: 148), (50: 10), (54: 20), (69: 7)


17. Nama umum: Timun, mentimun atau 'cucumber'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Qiththa' atau قِثَّا
Nama saintifik: Cucumis sativus
Famili: Cucurbitaceae
Taburan asal: India
Surah dan ayat: (2: 61)


18. Nama umum: Zaitun atau 'olive'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Az-Zaitun' atau الزَّيْتُونِ
Nama saintifik: Olea europaea
Famili: Oleaceae
Taburan asal: Timur lembangan Mediterranean
Surah dan ayat: (6: 99 & 141), (16: 11), (24: 35), (95: 1)


19. Nama umum: 'Tamarisk'
Nama dalam Al-Qur'an: 'Athl' atau أَثْلٍ
Nama saintifik: Tamarix aphylla
Famili: Tamaricaceae
Taburan asal: Afrika, Timur Tengah, Asia Barat, Asia Selatan
Surah dan ayat: (34: 16)


Rujukan:

Al-Zein, M. & Musselman, L.J. 2004. The Quranic Talh: Banana or Acacia?http://2004.botanyconference.org/engine/search/index.php?func=detail&aid=276

Harun, Y. 2001. Beauties for life in the Qur'an. http://www.harunyahya.co.uk/beauties05.php

Latiff, A. 2009. Quranic Botanical Gardens. http://pakteh48.blogspot.com/2009/12/quranic-botanical-gardens.html

Mushtaq, A., Mir, A.K., Safaraz, K.M., Muhammad, Z., Muhammad, A.K., Tamoor, U.H. & Shazia, S. 2009. Useful medicinal flora enlisted in Holy Qur'an and Ahadith.American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci. 5 (1): 126-140.

ParsQuran 2006. Fruits and vegetables in Quran. http://www.parsquran.com/eng/subject/fruit.htm

Quran Explorer. http://www.quranexplorer.com/quran/

Safaraz, K.M., Mir, A.K., Muhammad, A.K., Fazal-ur-Rehman, Mushtaq, A., Muhammad, Z. & Shazia, S. 2009a. Salvadora persica, Tamarix aphylla andZizyphus mauritiana - Three woody plant species mentioned in Holy Quran and Ahadith and their ethnobotanical uses in North Western Part (D.I. Khan) of Pakistan. Pakistan Journal of Nutrition 8 (5): 542-547.

Safaraz, K.M., Mir, A.K., Muhammad, A.K., Mushtaq, A., Muhammad, Z., Fazal-ur-Rehman & Shazia, S. 2009b. Fruit plant species mentioned in the Holy Qur'an and Ahadith and their ethnomedicinal importance. American-Eurasian J. Agric. & Environ. Sci. 5 (2): 284-295.

Safaraz, K.M., Mir, A.K., Muhammad, A.K., Mushtaq, A., Muhammad, Z., Fazal-ur-Rehman & Shazia, S. 2009c. Vegetables mentioned in the Holy Qur'an and Ahadith and their ethnomedicinal studies in Dera Ismail Khan, N.W.F.P, Pakistan. Pakistan Journal of Nutrition 8 (5): 530-538.

Safaraz, K.M., Muhammad, A.K., Fazal-ur-Rehman & Inayat Ullah, B. 2009d.Aromatic plant species mentioned in the Holy Qur'an and Ahadith and their ethnomedicinal importance. Pakistan Journal of Nutrition 8 (9): 1472-1479.

Taqwa Palace 2002. Plants of the noble Qur'an. http://www.ummah.com/islam/taqwapalace/fitness/health2.html

Terjemahan Al-Qur'an. http://www.alquran-melayu.com/
READ MORE - Tumbuhan tumbuhan di dalam Al-Qur'an

Proses Pembentukan Hujan di dalam Al-Qur'an

 "Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)

Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan..
Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, "bahan baku" hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.
Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,
"Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira" (Al Qur'an, 30:48)

Gambar di atas memperlihatkan butiran-butiran air yang lepas ke udara. Ini adalah tahap pertama dalam proses pembentukan hujan. Setelah itu, butiran-butiran air dalam awan yang baru saja terbentuk akan melayang di udara untuk kemudian menebal, menjadi jenuh, dan turun sebagai hujan. Seluruh tahapan ini disebutkan dalam Al Qur'an.
Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.
TAHAP KE-1: "Dialah Allah Yang mengirimkan angin..."
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut "perangkap air".
TAHAP KE-2: “...lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal..."
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.
TAHAP KE-3: "...lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya..."
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.
Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.
Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:
"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan." (Al Qur'an, 24:43)
Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:
TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.
TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.
TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142)
Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.

Sumber : Harun Yahya
READ MORE - Proses Pembentukan Hujan di dalam Al-Qur'an

MUKJIZAT ILMIAH QURAN DALAM ILMU PERTANIAN (AGRONOMI) DAN TUMBUHAN (BOTANI)

1) TEORI PERTANIAN TENTANG TANAH YANG LEBIH TINGGI DARI PERMUKAAN AIR

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. Al Baqarah : 265)

Kebun-kebun yang ditanam di atas tanah tinggi dari tingkat air tanah, maka daun pepohonannya lebih banyak tumbuh dan akarnya tumbuh lebih panjang ke dalam tanah. Sedangkan kebun yang ditanam di tanah yang sejajar dengan air tanah, maka ia tidak mendapatkan peredaran udara yang mencukupi di lahan pertanian. Hal ini mengakibatkan banyak akar mati.

Telah terbukti ketika air tanah meninggi, maka penyakit timbul pada kebun-kebun yang terdiri dari pohon-pohon tinggi. Sedangkan jika air tanah lebih tinggi dari permukaan bumi atau dekat darinya, maka kebun tersebut akan mati dalam waktu dua bulan.

“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (QS. Saba’ : 15-16)




2) PENGAIRAN ALAMI DAN BUATAN

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. Al Baqarah : 265)


3) DUA PERNYATAAN ILMIAH TERKINI

Hujan lebat disamping menyuplai pepohonan dengan air yang mencukupi juga mencuci, membersihkan dan menghilangkan debu yang terkumpul di atasnya. Sedangkan penyiraman dengan air hujan melipatgandakan hasilnya, menambah berat dan manis buahnya dibanding kebun lain yang tidak mendapatkan kedua hal ini.



4) MEMPERODUKTIFKAN TANAH TERBIAR

” Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan.” (QS. Yasin : 33)



5) PENYUBURAN DAN PERKAHWINAN

“Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.” (QS. Al Hijr : 22)

“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah.” (QS. Adz Dzariyat : 49)

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.” (QS. Yasin : 36)

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al Hajj : 5)

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik?” (QS. Asy Syu’ara : 7)

“Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan Dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. Dan Kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik.” (QS. Luqman : 10)

“Di dalam kedua surga itu terdapat segala macam buah-buahan yang berpasangan.” (QS. Ar Rahman : 52)

“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Ar Ra’d : 3)

“Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam.” (QS. Thaha : 53)



6) PENENTUAN KADAR UNSUR SETIAP TUMBUHAN

“Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran.” (QS. Al Hijr : 19)



7) SUNATULLAH DALAM PENCAMBAHAN

“Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan (ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (QS. Al Hajj : 5)

“Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya” (QS. Al Mu’minun : 18)


8) KEKUASAAN ALLAH DALAM PENGECAMBAHAN

”Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan dan biji buah-buahan. Dia mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup. (Yang memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah, maka mengapa kamu masih berpaling?” (QS. Al An’am : 95)











9) DAERAH TERBAIK UNTUK BERCUCUK TANAM

”Dalam surga yang tinggi. Buah-buahannya dekat ” (QS. Al Haqqah : 22-23)


10) RAHSIA WARNA HIJAU PADA DAUN

”Yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu.” (QS. Yasin : 80)


READ MORE - MUKJIZAT ILMIAH QURAN DALAM ILMU PERTANIAN (AGRONOMI) DAN TUMBUHAN (BOTANI)

Kejadian Langit Dan Bumi Dari pada Asap



Alam semesta tidak terus wujud dalam bentuk yang kita lihat pada hari ini. Sebaliknya ia melalui beberapa proses tertentu. Antara proses itu adalah kelahiran gas-gas hidrogen dan helium yang kemudiannya bercantum sehingga menjadi gumpalan asap raksaksa. Dalam surah Fussilat ayat 11 Allah menyatakan :
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ اِئْتِيَا طَوْعاً أَوْ كَرْهاً قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ

Maksudnya: "Kemudian Dia menuju ke langit dan langit pada masa itu berbentuk asap lalu Dia berkata kepadanya dan bumi, 'Datanglah kamu berdua dengan tunduk atau terpaksa'. Keduanya menjawab, 'Kami datang dengan tunduk'."

Di sini Allah menyatakan langit dan bumi diperingkat awal dahulu kosong daripada sebarang objek di langit. Yang wujud hanyalah asap. Daripada asap ini lahirlah bintang-bintang serta galaksi disusuli dengan kelahiran sistem suria dan bumi. Perkataan Dukahn yang di maksudkan di sini ialah asap,dalam bahasa inggerisnya ialah smoke. Penggunaan kalimat asap atau smoke ini selari dengan penemuan semasa kerana asap lahir dari satu suasana yang panas dan suasana di peringkata wal kejadian alam sememangnya panas.


Astronomers Report Hubble Find, Report Reveals Light from Oldest Galaxy
Semasa menceritakan mengenai asap ini, para saintis mengaitkannya dengan gas-gas (terutamanya hidrogen dan helium) yang wujud seperti awan tebal di peringkat awal dahulu. Para saintis menyifatkan asap daripada gas ini sebagai dark clouds, cloud of gas, fog of neutral hydrogen and helium, hot mass of gas dan yang seumpamanya. Ia bermaksud, gas-gas di peringkat awal kejadian langit dan bumi wujud seperti bentuk awan-awan hitam, awan-awan daripada gas, awan-awan gas daripada hidrogen dan helium, gas bersuhu tinggi dan yang seumpamanya.

Kejadian langit dan bumi daripada asap menyentuh berkenaan kejadian objek-objek daripada asap. Oleh sebab bumi adalah satu objek, maka langit yang di nyatakan Allah juga merupakan objek-objek seperti bintang, galaksi dan seumpamanya. kesemua objek ini lahir daripada asap.

Antara saintis yang kagum dengan kenyataan Quran ini adalah profesor Yoshihide Kozai daripada Universiti Tokyo, Jepun. Beliau adalah pengarah National Astronomical Observatory di Mikata, Tokyo, Jepun. Beliau ditunjukkan ayat-ayat Quran yang menceritakan berkenaan kejadian langit dan bumi. Selepas mengkaji ayat-ayat itu, beliau merasakan seolah-olah ayat itu diceritakan oleh seorang yang melihat kejadian alam ini di peringkat tertinggi. Kuasa yang menceritakan kejadian ini mampu melihat kesemua apa yang berlaku. Berhubung dengan kejadian langit dan bumi daripada asap, beliau berpendapat penemuan-penemuan semasa menunjukkan fenomena-fenomena ini benar-benar berlaku. Alam sebelum ini memang wujud dalam bentuk gumpalan asap. Daropada asap itulah lahirnya bintang-bintang dan kelahiran itu menjadi batu asas kepada kelahiran alam ini.

Akhirnya beliau berkata, "Saya kagum dengan fakta-fakta astronomi yang terdapat di dalam Quran. Dengan membaca Quran dan menjawab persoalan-persoalan yang timbul, saya rasa saya akan menemui cara untuk mengkaji alam semesta pada masa akan datang." Hal ini dilaporkan di dalam A Brief Understanding Islam, Darus Salam Publications,edisi kedua, Mei 1990.

Sumber: Quran Saintifik,Meneroka kecemerlangan Quran Daripada teropong Sains,Dr. Danial Zainal Abidin
READ MORE - Kejadian Langit Dan Bumi Dari pada Asap

Antara Sinar dan Cahaya



"Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya..."(Surah Yunus : 5)

Masa di mana ilmu metafizik tidak dapat membedakan antara sinar dan cahaya, kita menemui konsep sains al Quran dalam masalah ini salah satunya Al Quran menerangkan tentang matahari. Al Quran mengilustrasikan matahari sebagai sinar dan menggambarkan bulan sebagai cahaya,ini adalah satu bentuk ayat wasfiyah,sebagaimana Firman Allah SWT:

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاء وَالْقَمَرَ نُوراً وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُواْ عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ مَا خَلَقَ اللّهُ ذَلِكَ إِلاَّ بِالْحَقِّ يُفَصِّلُ الآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ
Artinya: "Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya..."(Surah Yunus : 5)

Sinar adalah suatu yang terpancar langsung dari benda yang terbakar serta bercahaya dengan sendirinya manakala sinar ini jatuh pada benda yang gelap maka sinar tersebut akan memancar.
تَبَارَكَ الَّذِي جَعَلَ فِي السَّمَاء بُرُوجاً وَجَعَلَ فِيهَا سِرَاجاً وَقَمَراً مُّنِيراً

Artinya: "Maha suci Allah yang menjadikan di langit gugusan bintang (buruj) dan menjadikan padanya siraaj dan bulan yang munir." (surah al-Furqan ayat 61)

Hal yang sama ditekankan dalam surah al-Nabak ayat 13 yang bermaksud, "Dan Kami yang jadikan siraajan wahhaaja (iaitu matahari)."

Dalam surah an-Nuh ayat 15 hingga 16 pula Allah berkata, "Tidakkah Kamu perhatikan bagaimana Allah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat dan Allah menciptakan pada langit-langit itu bulan sebagai nuur dan matahari sebagai siraaj."

Di dalam Hans Wehr: A Dictionary Of Modern Written Arabic, siraj diertikan sebagai 'lamp', 'light' yang bermaksud 'pelita', 'lampu,. Makna wahaaja pula adalah burn, blaze, flame yang bermaksud membakar, menyala, berapi. Justeru matahari sebagai siraaj dan siraajan wahaaja mengeluarkan cahaya sendiri melalui proses tertentu yang berlaku di dalamnya.
Nuur diertikan sebagai brightness, gleam, glow yang bermaksud bercahaya, menyilau. Muniir pula diertikan sebagai luminous, radiant, shining yang bermaksud bercahaya, bersinar. Justeru bulan sebagai nuur dan muniir tidak mengeluarkan cahaya sendiri sebaliknya ia mamantulkan cahaya matahari yang menimpanya.

Ayat-ayat ini menjelaskan mengenai perbezaan antara matahari dan bulan dalam konteks cahaya yang dikeluarkan kedua-duanya. Mengikut al-Quran, matahari membakar dan dengan itu mengeluarkan cahaya sedangkan bulan hanya bersinar iaitu menerima dan memantulkan cahaya. Kiasannya adalah seperti lampu dan cermin, lampu mengeluarkan cahaya, sedangkan cermin hanya memantulkan cahaya.
Kenyataan ini adalah selari dengan penemuan sains semasa kerana matahari adalah sebuah bintang sedangkan bulan adalah satelit. Seperti bintang-bintang yang lain, kestabilan matahari dan sinaran cahaya yang keluar daripadanya bergantung kepada tenaga yang mampu dihasilkannya.

Perbezaan jelas antara sinar dan cahaya sudah diterangkan oleh Allah SWT 1400 tahun silam yang menjadi penegas bagi mukjizat sains Al Quran Al Karim.
Sebenarnya ilmu metafizik yang ada dalam kehidupan kita waktu ini merupakan akumulasi ilmu pengetahuan di kurun ke 21 tetapi baru beberapa tahun terakhir sahaja ilmu metafizik dapat membezakan di antara sinar dan cahaya.

Sumber: Quran Saintifik, Dr. Danial Zainal Abidin
READ MORE - Antara Sinar dan Cahaya

Alam Semesta yang Terus Berkembang



Sejak alam ini wujud melalui ledakan Big Bang, ia terus mengembang hinggalah ke hari ini. Berhubung dengan fenomena ini, dalam surah Az-zariyat ayat 47 Allah menjelaskan :

وَالسَّمَاء بَنَيْنَاهَا بِأَيْدٍ وَإِنَّا لَمُوسِعُونَ

Maksudnya:"Dan langit kami bangun dengan kekuasaan kami dan sesungguhnya kami benar-benar meluaskannya."

Dalam ayat ini menggunakan ayat muusi'uun. Dalam bahasa arab perkataan muusi'uun berasal daripada perkataan wasa-'a. Hans Wehr A Dictionary of Modern Written Arabic oleh J Milton Cowan menterjemahkan perkataan wasa-'a sebagai to be wide, roomy, spacious, extensive yang bermaksud 'menjadi besar' atau luas. Justeru Imam Ibn Kathir dalam Tafsir al-Quran al-azim menyatakan ayat ini bermaksud, "Kami (Allah) meluaskan segenap penjuru langit dan kami meninggikannya tanpa tiang."

Pendapat ini diperkukuhkan lagi oleh As-Seikh Said Hawa di dalam Al-Asas fi al-Tafsir. beliau berkata, "Maksud ayat ini adalah langit ini Allah akan jadikan dalam keadaan mengembang secara berterusan ataupun Allah jadikan ia luas. Ayat ini adalah ayat mukjizat berhubung kejadian alam. Ia menunjukkan ilmu al-Quran jauh ke hadapan, melampaui tempat dan zaman. Justeru, sekiranya ada sesiapa yang masih enggan beramal denagn Quran kerana sombong denagn sains yang dimilikinya, baik sekiranya dia menilai semula dirinya sebelum terlambat."

Pada hari ini dengan bantuan alat yang canggih, penemuan-penemuan semasa semakin memantapkan lagi teori pengembangan alam ini. Pada tanggal 16 Mac 2006, di bawah tajuk, Astronomers Detect First Split-Second of the Universe,Space.com melaporkan pakar-pakar astronomi NASA menemui bukti-bukti baru yang mengukuhkan lagi teori Big Bang. Mereka mendapati pada peringkat awal, kejadian kosmos alam ini adalah lebih kecil daripada atom. Kemudian pada masa satu per setrilion saat ia mengembang sehingga menjadi kosmos yang luas. PEnemuan ini melaporkan berdasarkandata yang disalurkan oleh satelit NASA yang dilancarkan pada tahun 2001. Satelit ini dikenali sebagai Wilkinson Microwave Anisotropy Probe atau WMAP. Ini mengukuhkan teori alam mengembang sekali gus menampakkan kebenaran al-Quran.

Sumber: Quran Saintifik, Meneroka Kecemerlangan Quran Daripada Teropong Sains, Dr. Danial Zainal Abidin
READ MORE - Alam Semesta yang Terus Berkembang