Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak malu membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.”(QS. Al Baqarah [2]: 26).
Tidak kurang enam halaman dari kitab Tafsir Al Jami,ul Bayan karya Imam at-Thabari membahas surah 2, ayat 26 (Q.S. AlBaqarah). Diawali dengan sebab turunnya ayat tersebut (asbabun-nuzul), yakni ketika orang-orang kafir berkomentar mengenai Surah Al Ankabut, “Untuk apa Tuhan menyebut tentang laba-laba, binatang ukuran kecil, di dalam kitab suci orang Islam. Kalau menyebut hal-hal yang besar seperti langit, matahari, petir mengelegar, gunung-gunung, itu memang pantas.” Sebagai jawaban, Allah menurunkan wahyu, “Bukan hanya laba-laba, tetapi membuat perumpamaan berupa binatang yang lebih kecil, yaitu nyamuk atau bahkan yang lebih kecil, Allah tidak malu.”
Qatadah (seperti yang diuraikan oleh Ir.H.Bambang Pranggono, MBA, IAI dalam bukunya Mukjizat Sains dalam AlQur’an), menafsirkan bahwa nyamuk dipilih sebagai misal karena binatang ini lemah, kecil dan pendek umurnya. Untuk mengingatkan manusia yang terpaku pada hidup di dunia yang singkat dan hina.
Kitab-kitab tafsir yang lain juga menimpulkan tujuan ayat di sekitar hal itu. Padahal, jelas-jelas Allah menggiring kita menafakuri nyamuk. Tentu ada sesuatu yang istimewa. Harun Yahya mengungkapkan tentang salah satu keajaiban nyamuk, “Ternyata nyamuk bukan binatang peminum darah. Makanan pokoknya adalah sari bunga. Yang mengisap darah hanyalah nyamuk betina. Itu pun untuk memberi zat gizi bagi keturunannya, walaupun dengan resiko mati dipukul.” Suatu ibarat tentang pengorbanan ibu demi anaknya. Subhanallah.
Setelah nyamuk, Allah SWT menyambungnya dengan famaa fawqaha yakni sesuatu yang lebih kecil dari nyamuk. Apa gerangan? Dahulu ahli tafsir menggarisbawahi segala sesuatu yang bersifat lebih kecil, lebih lemah, lebih hina dan lebih rendah dari nyamuk. Namun, tidak ada kitab tafsir yang mengulas tentang kelebihan dari makhluk-makhluk itu. Tentunya, makhluk kecil tadi harus sejenis nyamuk, yakni serangga dan ukurannya sangat kecil.
Menurut Dr. Abdurraman Bafadal (alm.) ahli biologi dari universitas Padjadjaran, serangga berukuran sangat kecil itu banyak sekali jenisnya, dan masing-masing mempunyai keajaiban sendiri-sendiri. Misalnya sejenis kutu berukuran 0,7 mm, yang disebut Laccifer Lacca Kerr dari famili Coccidae. Serangga ini hidup di pohon Akasia, Kosambi dan Kihujan. Makanannya adalah cairan yang dihisapnya dari ranting-ranting muda yang masih lunak. Dari tubuhnya merembes keluar sekresi “semacam keringat” terus menerus sepanjang hidupnya, yang menempel di ranting menjadi sarang tempat bertelur. Setiap inci ditempati 120 ekor dengan ratusan telurnya. Setelah menetes menjadi larva, dengan perbandingan 1 jantan dan 3 betina. Larva itu memiliki kaki, mata, dan sungut. Mereka merayap mencari ranting muda untuk mengisap cairan.
Ajaibnya, setelah 3 kali berganti kulit, si jantan tumbuh sayap, tetapi si betina justru rontok kaki, mata, dan sungutnya. Setelah tiga bulan, mereka mati. Selama masa itu, mereka meninggalkan hasil karya berupa sarang yang terbuat dari skresi “keringat sendiri”. Ternyata sarang tadi terdiri atas shellac, yakni bahan pembuat lak atau sirlak yang belum bisa dibuat oleh manusia sampai sekarang.
Shellac ditemukan di India ribuan tahun silam dan dibududayakan di dalam hutan-hutannya. Saat ini, shellac adalah satu-satunya bahan alamiah untuk pembuatan vernis, pelapis komponen elektronik, pelapis tabletn obat-obatan, pelapis coklat, permen, bahan pewarna kuku, hair spray, bahan campuran plitur untuk prabot, semir sepatu: tape isolasi listrik, bahan pembuatan batu gerinda, lapisan anti gores lensa kacamata, dan lain-lain. Ampas sisa proses pemisahan shellac masih bisa dipakai menjadi bahan bakar yang lebih bagus dari briket batubara. Mudah dinyalakan, satu kaleng biscuit bisa menyala 8 jam. Sisa bisa dipakai pupuk tanaman. Lilinnya bisa untuk pembersihan lensa kacamata. Sisa larutan bisa menjadi zat pewarna ungu dan merah, bersifat non tonic sehingga aman untuk makanan dan minuman. Masya Allah.
Selama ribuan tahun manusia sudah memanfaatkan hasil keringat mkahluk kecil tadi untuk kepentingannya. Ukuran tubuhnya memang kecil tapi hasil produksinya luar biasa. Berjuta binatang yang lebih kecil dari nyamuk tadi selama hidupnya yang singkat berbakti mewariskan rumah hasil keringat bagi industri manusia modern.
Itu tadi baru manfaat dari satu jenis serangga, padahal masih ribuan jenis serangga kecil lainnya yang menanti penelitian ilmuan muslim, sesuai isyarat Allah SWT dalam Surat Al Baqarah (2) ayat (16) tadi, demi kepentingan manusia sebagai khalifah di muka bumi.***
Sumber : H. Bambang Praggono
0 komentar:
Post a Comment