Oleh M Zaid Wahyudi
Peningkatan suhu permukaan laut tidak hanya memengaruhi cuaca di muka bumi, tetapi juga membuat banyak terumbu karang di berbagai wilayah memutih. Sebagian terumbu karang yang memutih mengalami proses pemulihan yang cepat, tetapi banyak pula yang akhirnya mati.
Survei Program Kelautan The Nature Conservancy (TNC) Indonesia, yang dipimpin Joanne Wilson, di delapan lokasi terumbu karang Taman Nasional Wakatobi pada April 2010 menyebutkan, 60 persen-65 persen terumbu karang yang diamati mengalami pemutihan (bleaching) dengan berbagai tingkatan. Sebanyak 10 persen-17 persen pemutihannya total.
Kedelapan lokasi pengamatan itu adalah Karang Matahora, Karang Gurita, Karang Kapota, Karang Otiole, Karang Kaledupa, Karang Koko, Karang Moromahu, dan Palahidu.
Terumbu karang yang mengalami pemutihan hingga lebih dari 20 persen adalah Karang Otiolo, Karang Kaledupa, dan Karang Palahidu. Sementara itu, terumbu karang yang paling sehat terdapat di Karang Gurita (70 persen) serta Karang Koko dan Karang Matahora antara 45 persen dan 50 persen.
Tingginya jumlah karang sehat di Karang Gurita tidak berarti bahwa di situ terumbu karangnya betul-betul sehat. Kondisi itu lebih disebabkan karang di daerah tersebut berupa koloni tunggal atau koloni kecil.
Karang yang mengalami pemutihan total umumnya dari spesies Seriatopora, sedangkan yang pemutihannya moderat dari jenis Pocillopora, non-Acropora bercabang, dan Acropora palifera. Jenis karang yang paling bisa bertahan adalah Acropora.
Informasi dari sejumlah penyelam menyebutkan, pemutihan terumbu karang Wakatobi terjadi sejak Maret 2010. Perbedaan kuantitas dan kualitas pemutihan di delapan lokasi yang diamati disebabkan oleh variasi temperatur muka air laut yang bersifat lokal serta kualitas air dan komposisi spesies yang berbeda-beda.
Pemutihan
Pemutihan total pada terumbu karang menandakan proses simbiosis mutualisme antara karang dan zooxanthellae sudah tak terjadi lagi. Zooxanthellae telah keluar meninggalkan jaringan sel karang. Namun, untuk terumbu karang yang memutih sebagian menunjukkan zooxanthellae-nya masih ada meskipun tak bisa bekerja optimal.
BL Willis dalam Biology of Reef Corals (James Cook University, 1997) menyebutkan, keluarnya zooxanthellae, sejenis tumbuhan alga bersel tunggal, menyebabkan sumber makanan bagi karang tidak ada lagi. Padahal, karang memanfaatkan hasil fotosintesis zooxanthellae untuk bertahan hidup.
Perginya zooxanthellae itu dapat disebabkan perubahan suhu, kadar garam atau tingkat salinitas, ataupun perbedaan konsentrasi kimia lingkungan sekitarnya secara tiba-tiba. Perubahan lingkungan secara tiba-tiba itu mudah membuat biota yang ada di dalamnya menjadi stres.
Pemutihan juga bisa disebabkan kehadiran bintang laut berduri. Namun, pemutihan akibat binatang ini umumnya membentuk alur geraknya.
Koordinator Perikanan Program Bersama TNC-World Wide Fund for Nature (WWF) Wakatobi Sugiyanta mengatakan, pemutihan terumbu karang di Taman Nasional Wakatobi tidak hanya disebabkan meningkatnya suhu permukaan laut. Sebagian pemutihan juga disebabkan oleh penggunaan potasium dan bom dalam penangkapan ikan.
"Pemutihan yang diakibatkan oleh potasium atau bom ikan biasanya terjadi pada titik-titik tertentu saja, sedangkan pemutihan akibat kenaikan suhu muka laut biasanya terjadi secara merata," katanya.
Pemulihan
Meskipun turut terkena dampak dari pemanasan suhu permukaan laut, terumbu karang Wakatobi paling cepat pulih dibandingkan dengan terumbu karang yang juga mengalami pemutihan di tempat lain. Kembali normalnya kondisi terumbu karang Wakatobi dipicu oleh cepat normalnya perairan Wakatobi hingga mengundang kembali zooxanthellae.
Pimpinan Program Kawasan Perlindungan Laut WWF Indonesia, Veda Santiaji, mengatakan, terumbu karang Wakatobi memang memiliki kemampuan bertahan yang cukup baik akibat perubahan lingkungan. Sepanjang 2003-2008, saat banyak terumbu karang di berbagai belahan dunia memutih, terumbu karang Wakatobi relatif lebih terjaga.
Terumbu karang Wakatobi baru menunjukkan gejala memutih pada 2009. Pengukuran kuantitatif pemutihan itu baru dilakukan pada April 2010.
Namun, saat dicek ulang pada September 2010, kondisi sejumlah terumbu karang sudah pulih. Pulihnya terumbu karang dalam waktu cepat tentu menggembirakan karena pemulihan terumbu karang di tempat lain berlangsung lama.
"Saat tempat lain sudah memutih, terumbu karang Wakatobi belum tersentuh. Sebaliknya, saat daerah lain belum pulih, Wakatobi sudah pulih lebih dulu," katanya.
Pulihnya terumbu karang itu ditandai dengan membaiknya kondisi tutupan pada bagian terumbu karang yang semula mengalami kerusakan.
Namun, belum dipastikan apakah semua spesies karang yang dulu memutih sudah pulih seperti sedia kala. Sejumlah spesies karang bisa pulih dengan cepat atau memiliki kemampuan bertahan yang baik terhadap perubahan lingkungan. Namun, ada pula spesies karang yang justru lebih lambat untuk memulihkan diri.
Karang yang lambat memulihkan diri dengan mudah digantikan oleh karang yang pemulihannya lebih cepat. Kondisi ini berakibat pada dominasi salah satu spesies karang tertentu dalam satu wilayah perairan.
Menurut Veda, pemulihan yang cepat itu disebabkan oleh karakter perairan Wakatobi yang terbuka sehingga memudahkan pergerakan arus laut. Perairan Wakatobi diapit Laut Banda di sisi utara dan timur serta Laut Flores di sisi barat dan selatan.
Pergerakan arus di permukaan mendorong pergerakan arus dari laut dalam ke permukaan. Kondisi itu membuat suhu permukaan laut Wakatobi lebih mudah terjaga kestabilannya.
Sugiyanta menambahkan, pemulihan yang cepat itu juga disebabkan kondisi perairan Wakatobi yang masih cukup baik dan jauh dari polusi.
Saat kondisi perairan kembali normal, zooxanthellae akan kembali mendekati karang sehingga karang kembali berwarna. Akibatnya, terumbu karang yang umumnya hidup di perairan dangkal pun cepat pulih.
Membaiknya terumbu karang memberi arti besar bagi nelayan. Terumbu karang adalah tempat terbaik bagi ikan-ikan untuk berbiak. Karena itu, baiknya kondisi terumbu karang merupakan indikator melimpahnya ikan di sekitar wilayah perairan tersebut.
Sumber : kompas.com
Terumbu Karang pun Memutih..
Diposkan oleh
Sains Untuk Dakwah
on Thursday, February 24, 2011
Label:
Bumiku,
Pemanasan Global
0 komentar:
Post a Comment