Sinar matahari bersinar sejuk dari balik dedaunan. dedaunan kuning berguguran, jatuh berserakan d tanah.
dari kejauhan terlihat sesosok figur pria berusia 17 tahunan duduk d bangku taman seorag diri.
dari kesedihan yg menggantug d wajah ny membuat setiap orag yg melihat ny turut merasa pilu. hati pria itu sepi, walau suasana taman itu ramai dgn pengunjug .
Tanpa d sadari ny setetes air mata menetes jatuh dan membasahi tangan ny. di telapak tangan ny, tergenggam erat sebuah foto 4*6.
"maafkan aku nina " bisik ny dengan lirih. matanya terpaku pada foto di tangannya. Seorag gadis manis tersenyum balik kepadanya. senyumannya begitu manis dan menggemaskan, membuat ny nampak lugu tapi sekaligus menarik hati.
"nina.." bisiknya lagi. jari telunjuknya yg sedikit kasar bergerak menuruni foto wajah gadis yang dulu pernah menjadi kekasihnya. Sejuta penyesalan takkan mampu membawa nina kembali. semua telah terlambat.
air mata kembali berlinang saat pria itu menangis terisak-isak. betapa dia merindukan saat indah bersama nina. pria yg bernama dimas itu kemudian menyeka air mata ny sambil berusaha menenangkan diri ny.
namun, kesedihan itu sulit untuk d hapus mungkin selama sisa hidup ny, dimaz akan terus membayangi rasa penyesalan dan kesedihan yg mendalam.
beberap minggu yg lalu, dimaz menghadiri pemakaman mantan pacar ny itu. hidup nina harus berakhir saat dia d fonis kanker otak.
wajah nina tampak tenang saat dimaz menatapnya untuk yg terakhir kali ny. wajahny sama sekali tidak nampak seperti wajah orag mati yg pucat. sebalìk nya, wajahnya masih segar, seakan akan nina hanya terdidur aja.
dimas ingat akan banyak ny air mata yg berlinag saat dia menyaksikan peti jenazah nina d turunkan perlahan lahan kedalam liang lahat.
semua ini berawal dari 1 tahun yg lalu ..
“Aku nggak setuju ,dimas kamu ikut balapan itu,” kata nina ketus. Aku mendengus sebal. Ini yang ketiga kalinya ninal melarangku untuk ikut balapan bersama teman-temanku.
“Nggak nin, aku akan tetap ikut balapan itu! Sudah dua kali nin, aku menolak permintaan mereka untuk adu balap denganku. Mereka sudah sangat kecewa padaku.”
“Oh begitu, kau lebih suka bila aku yang kecewa!” Nada bicara nina mulai meninggi. Aku mencoba untuk sabar.
“Bukan begitu nin, ini