Pandangan Islam Tentang Kesehatan



“Ya Tuhanku ampuni aku, kasihini aku, cukupkan aku, angkatlah derajatku, berikan aku rizki, beri aku petunjuk dan kesehatan, dan ampunilah aku.”

Merasa familiar atau asing dengan kata-kata tersebut? Ji

ka merasa asing, bagaimana kalau saya terjemahkan ke dalam bahasa arab.

“Rabbighfirli warhami wajburni warfa’ni warzuqni wahdini wa ‘afini wa’fu’anni,”

Ya, itu adalah bacaan yang selalu kita baca ketika shalat, khususnya ketika kita duduk diantara dua sujud. Setiap hari tanpa kita sadari kita sering meminta kepada Allah untuk diberikan kesehatan, tapi apakah kita sadar? Ataukah meskipun kita sadar, seberapa jauhkah kita berupaya untuk hidup sehat?

Agama kita sangat mengatur tentang kesehatan, karena islam merupakan agama yang kaffah (sempurna) yang mengatur semua lini kehidupan manusia, mulai dari bagaimana manusia beribadah, berakhlak, melakukan aktivitas sehari-hari, dan salah satunya bagaimana manusia tersebut berperilaku sehat.

Rasulullah SAW bersabda: “Dua kenikmatan yang sering dilalaikan oleh manusia, yaitu kesehatan dan waktu luang. (HR. Ahmad)

Kesehatan merupakan sesuatu yang banyak dilalaikan oleh manusia. Kita bisa melihat, banyak orang yang mempersiapkan dirinya untuk urusan pendidikan, pekerjaan, hobi, atau lain sebagainya, tapi sedikit sekali orang yang mempersiapkan atau memikirkan tentang kesehatannya. Padahal, bila tanpa kesehatan, hidup kita ini seperti hampa. Banyak orang yang mengejar kehidupan dunianya dan melalaikan kesehatannya. Banyak orang yang kerja banting tulang siang dan malam untuk mencari makan, tapi malah tidak sempat makan. Banyak orang yang berlomba-lomba dalam membangun rumahnya, tapi mereka malah tidak bisa menikmati rumahnya karena lebih sering tergeletak di rumah sakit.

Saya lebih setuju bahwa islam dalam pengaplikasiaan kesehatannya lebih banyak berupa tindakan-tindakan preventif (pencegahan) daripada tindakan-tindakan yang sifatnya kuratif (pengobatan), yang memberikan perintah-perintah untuk menjaga kesehatan dan larangan-larangan yang bisa menimbulkan penyakit. Mengapa saya berpendapat seperti ini, karena tauladan kita, nabi besar Muhammad SAW, dalam beberapa riwayat, dari lahir sampai menutup usia hanya pernah mengalami sakit yang bisa dihitung oleh jari kita. Jadi model manusia sempurna ini tidak banyak mencontohkan bagaimana beliau mengobati penyakitnya, tapi lebih banyak memberikan kita contoh bagaimana cara hidup terjauh dari penyakit.

Tentu saja ini hubungannya dengan ajaran agama kita yang sempurna, yang telah disinggung di atas tadi. Manusia diciptakan oleh Allah seperti mesin yang diproduksi oleh pabrik. Mesin ketika telah diproduksi akan memiliki buku panduan penggunaanya yang nantinya akan berguna untuk mencegah mesin tersebut cepat rusak. Manusia juga memiliki pedoman yang luar biasa lengkap di dalam al-Quran dan as-Sunnah tinggal apakah kita bisa mengaplikasikannya atau tidak.

Saya akan mengambil contoh salah satu ayat dalam alqur’an, yaitu surat al baqarah ayat 173. “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut nama selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

Dari ayat ini, setidaknya Allah mengharamkan empat jenis makanan untuk kita konsumsi. Karena allah pasti tahu setiap makanan yang Allah haramkan pasti mempunyai mudharat (kerugian) bagi manusia. Sebenarnya apa saja kira-kira ke-mudharatan tiap makanan tersebut? khususnya tiga makanan yang disebutkan paling awal.

Bangkai, merupakan binatang yang mati dengan tidak melalui penyembelihan, bisa karena tercekik, terpukul, jatuh, ditanduk (QS almaidah: 3) ataupun karena sebab-sebab yang lainnya. Penyebab-penyebab kematian tersebut sebagian besar mengakibatkan darah tidak mengalir keluar dari tubuhnya, darah tersebut akan membeku di dalam tubuh dan menggumpal. Selain itu, bangkai juga mengandung racun yang nantinya akan tetap berada di dalam daging, Ini jelas berbeda jika kita menyembelih hewan tersebut secara syar’i, hewan akan mengeluarkan darahnya karena pembuluh darah di leher dipotong sehingga dagingnya segar dan terhindar dari zat-zat beracun.

Darah, merupakan cairan yang mengalir dalam pembuluh darah kita. Kita ketahui sendiri, banyak penyakit yang bisa menular dari darah, karena memang darah itu sendiri merupakan tempat yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangan bakteri-bakteri. Sehingga dengan menghindari konsumsi darah, kita bisa menghindari tertular penyakit.

Babi, merupakan binatang yang tubuhnya dijadikan tempat paling subur untuk perkembangbiakan berbagai parasit (misalanya Taenia Solium) dan penyakit berbahaya. Dari penelitian di Cina dan Swedia-mayoritas penduduknya memakan daging babi-menunjukkan bahwa daging babi merupakan penyebab utama kanker anus dan usus. Presentase penderita penyakit ini di negara-negara yang penduduknya memakan babi, meningkat secara drastis, berkebalikan di negara-negara islam yang presentasenya relatif rendah.

Itu merupakan salah satu contoh pengaplikasiaan ayat suci alqur’an dalam upaya kita untuk menjaga kesehatan, khususnya dalam hal makanan. Upaya ini dilakukan dengan cara preventif, sehingga kita bisa terhindar dari penyakit.

Selain itu, kita sering melihat kyai-kyai di sekitar kita atau yang biasa kita sebut dengan sesepuh yang taat beribadah kepada Allah memiliki umur yang lumayan panjang. Selanjutnya, ada sebuah penelitian yang lebih mencengangkan lagi, David B. Larson pernah meneliti antara orang yang taat beragama dan yang tidak, dan hasilnya, orang yang taat beragama menderita penyakit jantung 60% lebih sedikit, tingkat bunuh diri 100% lebih rendah , dan tekanan darah tinggi jauh lebih sedikit.

Kira-kira kenapa ini bisa terjadi? Kemungkinannya, orang yang taat beribadah berperilaku sesuai dengan tujuan penciptaannya, sesuai dengan buku pedomannya, yaitu Alqur’an. Jadi marilah kita sama-sama menjaga kesehatan ini dengan senantiasa berpegang teguh pada pedoman agama kita. Semoga dengan senantiasa berpegang teguh, kita selalu diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

Disamping itu semua, jika memang kita sudah tetap menjaga kesehatan tapi ditakdirkan oleh Allah Swt untuk sakit, maka sakit itu merupakan ujian kesabaran dari-Nya, apakah kita bisa melewatinya atau tidak. Keshalehan seseorang bukan merupakan patokan kesehatannya. Seorang nabi Ayub-pun diberi ujian sakit oleh Allah swt, kita?

Wallahualam..

Husni Fauzal R. (FK UNTAN 09)

0 komentar:

Post a Comment